Kecoa adalah salah satu binatang primitif yang paling
lama bertahan di bumi. Jumlahnya sangat banyak, sampai tak bisa dihitung satu
per satu. Jorok dan kotor adalah ungkapan yang pas untuk mengungkapkan kami. Namun ungkapan itu tidak benar karena kami tinggal di kota. Kami adalah kecoa
metropolitan.
Namaku adalah Coeky. Aku adalah seekor kecoa yang tinggal
di sebuah lahan kosong yang hanya ditumbuhi oleh rumput. Lahan yang aku dan
teman-temanku tinggali ini sangatlah bersih.Tidak ada satupun samapah di sini. Aku
dan teman-temanku sangat menyukai hidup bersih. Ekosistem kami sangatlah
terjaga dan terawat. Walaupun ekosistem kami sangatlah nyaman, tapi hidup di
kota metropolitan sangatlah susah. Kami hanya bisa menunjukkan wajah kami saat
malam hari, karena kalau ditunjukkan saat siang hari, warga akan takut dan akan
membasmi kami. Waktu malam aku dan teman-temanku manfaatkan untuk mencari
makanan. Begitulah susahnya hidup di kota metropolitan, tidak makan nyawa
melayang, tunjukkan diri masuk liang lahar.
Rumor beredar bahwa tanah kosong yang kami tempati ini
akan diratakan dengan tanah. Rumput-rumput disini adalah beton nantinya. Kami sebagai
bangsa kecoa sangat panik, karena hanya di sinilah tempat di mana kami hidup
berjauhan dengan manusia. Jika kami hidup berdapingan dengan manusia maka nyawa
kami taruhannya. Ekosistem kami yang dulunya hanya lahan kosong, akan berubah
menjadi kompleks. Keserakahan manusia membuat kami harus merelakan ekosistem
kami pergi begitu saja.