Kecoa adalah salah satu binatang primitif yang paling
lama bertahan di bumi. Jumlahnya sangat banyak, sampai tak bisa dihitung satu
per satu. Jorok dan kotor adalah ungkapan yang pas untuk mengungkapkan kami. Namun ungkapan itu tidak benar karena kami tinggal di kota. Kami adalah kecoa
metropolitan.
Namaku adalah Coeky. Aku adalah seekor kecoa yang tinggal
di sebuah lahan kosong yang hanya ditumbuhi oleh rumput. Lahan yang aku dan
teman-temanku tinggali ini sangatlah bersih.Tidak ada satupun samapah di sini. Aku
dan teman-temanku sangat menyukai hidup bersih. Ekosistem kami sangatlah
terjaga dan terawat. Walaupun ekosistem kami sangatlah nyaman, tapi hidup di
kota metropolitan sangatlah susah. Kami hanya bisa menunjukkan wajah kami saat
malam hari, karena kalau ditunjukkan saat siang hari, warga akan takut dan akan
membasmi kami. Waktu malam aku dan teman-temanku manfaatkan untuk mencari
makanan. Begitulah susahnya hidup di kota metropolitan, tidak makan nyawa
melayang, tunjukkan diri masuk liang lahar.
Rumor beredar bahwa tanah kosong yang kami tempati ini
akan diratakan dengan tanah. Rumput-rumput disini adalah beton nantinya. Kami sebagai
bangsa kecoa sangat panik, karena hanya di sinilah tempat di mana kami hidup
berjauhan dengan manusia. Jika kami hidup berdapingan dengan manusia maka nyawa
kami taruhannya. Ekosistem kami yang dulunya hanya lahan kosong, akan berubah
menjadi kompleks. Keserakahan manusia membuat kami harus merelakan ekosistem
kami pergi begitu saja.
Bangsa
kecoa terbagi menjadi dua pihak. Pihak pertama adalah pihak yang memilih
melakukan perlawanan terhadap manusia. Pihak kedua adalah pihak yang memilih
untuk membiarkan dan menyerah saja. Dari pihak perlawanan, datanglah seekor
kecoa bertubuh kekar bernama Egi. Belakangan diketahui Egi adalah ketua
sekaligus anggota dewan Pembina dari Aliansi Kecoa Tidak Takut mati disingkat AKTTM. Egi melakukan
orasi bahwa kecoa harus melakukan perlawanan. Kecoa hanya terdiam dan sebagian
besar kecoa setuju untuk melakukan perlawanan terhadap manusia. Terpikir di
benakku bahwa bagaimana seekor kecoa lebih tepatnya sekerumunan kecoa melakukan
perlawanan terhadap mahluk raksasa yang
menduduki puncak rantai makanan dan satu hal lagi, mereka punya raket listrik
dan Aerosol Baegon. Saat semua terdiam mendengar orasi Egi, aku pun mengangkat
kaki depanku. Aku diberikan kesempatan untuk berbicara. Dengan lancing aku
memberikan pernyataan seperti apa yang aku pikirkan. Teman-temanku tidak ada
yang berani karena takut dimasukkan ke penjara bawah tanah. Akibat pernyataanku
yang seperti pemberontak, Egi pun memerintahkan para pengawalnya untuk
memasukkan aku ke dalam penjara.
Persiapan
pun sudah dilakukan mulai dari senjata sampai senjata rahasia. Untuk serangan
udara, para kecoa meminta bantuan kepada
lalat dan juga nyamuk. Untuk serangan darat, para kecoa meminta bantuan
pada kelabang. Awalnya para kecoa ingin meminta bantuan kepada semut namun
semut menolak karena menurut mereka, mereka hidup damai dengan manusia.
Hari
demi hari berlalu, esok hari adalah awal dari pembuatan kompleks mewah. Pembuatan
komples ini dikerjakan 24 jam tidak berhenti karena ini adalah kompleks mewah
dan elit. Mereka melakukan perlawanan di malam hari karena mereka akan tidak
melihat kami karena kami sangatlah kecil. Awal dari pembuatan kompleks mewah ini adalah perataan
ekosistem dengan tanah.
Hari
dimulai, mereka pun mulai menyerang. Aku yang mendekam di penjara, mencoba
keluar dari penjara. Akhirnya aku bisa keluar dari penjara. Aku pun ingin
memberhentikan penyerangan mereka. Aku pergi ke permukaan tanah. Aku melihat
banyak kecoa berjatuhan. Apa yang aku pikirkan ternyata benar. Para manusia
ternyata juga telah menyiapkan alat pembasmi serangga. Sebelum diratakan dengan
tanah, para pekerja akan membasmi kami dengan cara pengasapan. Mereka kalah
dalam perlawanan terhadap manusia. Aku melihat keluargaku yang berada di bawah
pohon tidak berdaya.
Sedih
hatiku melihat keluargaku terluka. Aku pun mengajak keluargaku untuk mengungsi.
Aku sekarang tinggal di sebuah selokan yang berada di sebuah kompleks. Selokan
yang kami tinggali ternyata sangat bersih. Para masyarakat sangat memperhatikan
keseimbangan ekosistem. Pada akhirnya kami hidup berdampingan dengan manusia. Ternyata
hidup dengan manusia tidak selamanya buruk!
KEEP ON WRITING AND TYPING!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar